Hey, sobat! Pernah dengar gosip “AI bakal mengeruk pekerjaan kita!”? Di era digital penuh warna ini, gosip tersebut sering membuat kita merinding. Bahkan, sejumlah pekerjaan mulai tergeser, termasuk profesi jurnalis yang notabene adalah profesi saya. Tapi, bagaimana jadinya jika Google berusaha membangun sinergi dengan alat AI ‘Genesis’ untuk memasuki era baru dalam jurnalisme? Mari kita selami lebih lanjut…
Google AI: Menyibak Tirai Baru di Panggung Media?
Di dunia yang berputar cepat ini, persaingan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) terasa semakin membara. Google, yang sempat terperosok dalam balap AI setelah peluncuran ChatGPT, kini bangkit dan mengejar ketertinggalan. Setelah menggetarkan dunia dengan Bard 2.0, sepertinya Google masih memiliki petualangan lain yang lebih besar.
Google tampaknya sedang merancang peta jalan untuk menjelajahi dunia dengan teknologi AI ini di berbagai sektor. Salah satu contohnya, mereka berencana menerapkan AI dalam mendeteksi penyakit di rumah sakit berkat berbagai kesepakatan yang baru saja disepakati. Namun, sketsa besar Google tak berhenti di ranah kesehatan. Mereka bermimpi untuk meredefinisi landskap media dengan ‘Genesis’.
Baca juga: Apple ‘Terjun’ ke Medan Perang AI dengan Chatbot Terbarunya, AJAX!
Google Genesis: Navigasi Baru Jurnalis di Lautan Informasi?
Google tidak main-main dengan AI satu ini, karena beberapa kepala media dari The New York Times, The Washington Post, dan News Corp telah diperlihatkan dengan alat baru Google, Genesis. Google menyakinkan bahwa Genesis tak dirancang untuk menyingkirkan jurnalis, melainkan membantu mereka menjelajahi samudra informasi dengan lebih efisien dan produktif.
Meski begitu, ada juga suara-suara kritis yang berpendapat bahwa alat ini bisa mengikis profesionalisme jurnalis dan memperluas penyebaran informasi yang salah. Sobat, tampaknya petualangan ini nggak akan mulus-mulus aja.
AI memang bisa menulis teks dengan sangat cepat, sesuatu yang mungkin membutuhkan berjam-jam jika dilakukan oleh manusia. Tapi, AI masih belum bisa berpikir kritis seperti manusia. AI memeriksa fakta berdasarkan data dalam sistem dan informasi dari internet, dan masih berpotensi terperdaya oleh informasi yang salah.
Sebagai contoh, dengan argumen yang cukup kuat, AI bisa dibujuk untuk percaya bahwa 5+5 sama dengan 20. Jika kesalahan semacam ini bisa masuk ke dalam sebuah artikel, dan informasi yang keliru bisa tersebar luas.
Baca juga: AI Gratis untuk Semua! Meta Hadirkan Llama 2 Untuk Guncang Dunia AI
Sudah ada beberapa contoh artikel berita yang dihasilkan oleh AI dan ternyata mengandung kesalahan atau menyesatkan. Namun, perlu diingat bahwa alat-alat ini masih seperti bayi yang sedang belajar berjalan. Seiring waktu dan peningkatan teknologi, kemungkinan besar mereka akan mampu menghasilkan konten yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Jadi, efek Genesis pada industri jurnalisme masih menjadi teka-teki. Tapi, sangat penting bagi kita semua untuk siap dan memahami potensi risiko dan manfaat teknologi ini sebelum kita benar-benar merasakan gelombangnya.
Jadi bagaimana menurut kalian sob?
Ahmad, seorang ikonik yang sangat menyukai industri Game dan Kendaraan Listrik, bercita-cita ingin menjadi pakar teknologi untuk platform Android, iOS, dan Windows. Bermula dari ketertarikannya pada game sejak kecil, ia mendedikasikan dirinya untuk memahami dan mengembangkan teknologi game. Kecintaannya pada game bukan hanya terbatas pada aspek teknis, tetapi juga dalam mengulas gameplay, yang ia lakukan dengan penuh gairah dan ketelitian.