Berita  

Dua Mahasiswa Harvard Ubah Kacamata Pintar Meta Jadi Alat Pengenal Wajah AI

Kacamata Pintar Meta Jadi Alat Pengenal Wajah AI
Ilustrasi

Pada era teknologi yang terus berkembang, inovasi dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan perangkat pintar menjadi sorotan utama. Baru-baru ini, dua mahasiswa dari Universitas Harvard, AnhPhu Nguyen dan Caine Ardayfio, melakukan modifikasi pada kacamata pintar Meta x Ray-Ban. Mereka berhasil mengintegrasikan teknologi pengenal wajah berbasis AI yang mampu mengidentifikasi orang asing secara real-time. Perubahan ini memicu berbagai diskusi mengenai manfaat dan risiko dari penggunaan teknologi pengenal wajah.

Modifikasi Kacamata Pintar: Fitur Pengenal Wajah AI

Dalam laporan yang diterbitkan oleh 404 Media pada 2 Oktober 2024, modifikasi yang dilakukan oleh kedua mahasiswa ini memungkinkan kacamata Meta x Ray-Ban untuk memanfaatkan kamera bawaan untuk memotret wajah seseorang, kemudian menggunakan teknologi AI untuk mengenali wajah tersebut. Dengan hanya sekali pandang, pengguna kacamata ini dapat memperoleh nama dan informasi latar belakang dari orang yang diidentifikasi, memberikan kesan bahwa teknologi ini bisa menjadi alat yang sangat berguna sekaligus kontroversial.

Pada salah satu demonstrasi, Ardayfio memanfaatkan teknologi ini di tempat umum dengan menargetkan seorang perempuan asing. Dengan memindai wajahnya, kacamata tersebut mampu menampilkan nama dan detail kegiatan yang pernah ia ikuti, termasuk foto dari kegiatan tersebut. Setelah informasi tersebut diambil, Ardayfio mendekati perempuan itu dan berpura-pura bahwa mereka pernah bertemu di suatu acara.

Peningkatan Fitur: Akses ke Database Pribadi

Lebih dari sekadar pengenalan wajah, kacamata pintar yang telah dimodifikasi ini juga dilengkapi dengan fitur yang terhubung ke database. Ini memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi lebih lanjut seperti alamat rumah, nomor telepon, serta data tentang anggota keluarga. Pada contoh kedua, Nguyen menunjukkan kemampuan kacamata untuk mengenali seorang pria dan langsung memulai percakapan dengan berpura-pura mengenal karya yang pernah ditulis oleh pria tersebut, berdasarkan informasi yang ditampilkan melalui kacamata.

Potensi dan Tantangan Etis Teknologi Pengenalan Wajah

Penggunaan teknologi pengenal wajah berbasis AI dalam kacamata pintar seperti yang dimodifikasi oleh Nguyen dan Ardayfio menawarkan berbagai peluang dan tantangan. Di satu sisi, teknologi ini dapat digunakan untuk keperluan yang positif seperti keamanan, pengenalan orang hilang, atau identifikasi pelaku kejahatan. Namun, di sisi lain, adanya potensi penyalahgunaan juga sangat besar, terutama dalam hal privasi individu.

Banyak pihak yang mempertanyakan etika di balik penggunaan teknologi ini. Bayangkan jika kacamata ini digunakan di tempat umum untuk memindai dan mendapatkan informasi pribadi orang tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Hal ini tentu menimbulkan masalah privasi yang serius. Teknologi semacam ini, bila diterapkan secara luas tanpa regulasi yang ketat, dapat dimanfaatkan untuk aktivitas yang kurang etis, seperti penguntitan atau pencurian identitas.

Kacamata Pintar sebagai “Alat Sosial”?

Meta x Ray-Ban, setelah modifikasi ini, bisa disebut sebagai alat yang mempermudah interaksi sosial dengan cara yang tidak konvensional. Dengan kemampuan untuk segera mendapatkan informasi seseorang, pengguna dapat berpura-pura memiliki hubungan atau pengetahuan yang lebih dalam tentang orang lain. Meskipun demikian, apakah ini akan meningkatkan atau malah merusak interaksi sosial masih menjadi bahan perdebatan.

Bagi beberapa orang, memiliki informasi tentang orang lain tanpa interaksi alami dapat dianggap tidak etis atau bahkan invasif. Di sisi lain, bagi beberapa pengguna yang mengedepankan efisiensi, teknologi ini bisa jadi dianggap sebagai “pendukung” percakapan yang berguna dalam situasi sosial tertentu.

Regulasi yang Diperlukan untuk Teknologi AI

Dengan semakin majunya teknologi seperti ini, kebutuhan akan regulasi yang ketat menjadi semakin jelas. Pemerintah dan badan regulasi harus mempertimbangkan berbagai aspek privasi dan keamanan untuk memastikan teknologi AI seperti pengenal wajah ini tidak disalahgunakan. Di beberapa negara, penggunaan teknologi pengenal wajah sudah diatur dengan ketat, terutama dalam konteks keamanan publik, namun pengaturan yang lebih spesifik mengenai penggunaannya dalam perangkat pribadi seperti kacamata pintar masih minim.

Tanpa adanya aturan yang jelas, teknologi ini berisiko menimbulkan kerugian lebih besar dibandingkan manfaatnya. Penggunaan alat semacam ini di ruang publik perlu mendapat perhatian serius untuk memastikan hak privasi tetap terlindungi.

Penutup

Inovasi yang dilakukan oleh kedua mahasiswa Harvard pada kacamata pintar Meta x Ray-Ban menunjukkan potensi luar biasa dari teknologi AI, terutama dalam hal pengenalan wajah. Namun, potensi manfaat ini datang dengan tantangan etis yang tidak bisa diabaikan. Dalam era di mana privasi menjadi isu penting, teknologi seperti ini membutuhkan pengawasan dan regulasi yang ketat agar tidak disalahgunakan.

Di Indonesia, perhatian terhadap privasi data dan teknologi pengenal wajah semakin meningkat. Sebagai negara dengan populasi besar dan penggunaan teknologi yang luas, Indonesia perlu memastikan bahwa inovasi semacam ini digunakan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab, sambil meminimalkan risiko terhadap privasi individu.

Info tech paling update! Ikuti kami di WhatsApp Channel & Google News, Jadilah bagian komunitas kami!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan Update Terbaru Langsung! OK No thanks