Perhelatan B20 Summit 2022 yang dilaksanakan pada (13/11), tahun untuk berbagai industri bekerja kesar untuk bangkit dari Pandemi Covid-19, salah satu faktor penting yan bisa mempercepat pemulihan ekonomi adalah dengan digitalisasi.
Chair B20 Digitalization Task Force sekaligus Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) Ririek Adriansyah memaparkan bagaimana teknologi digital mengambil peran yang inovatif, inklusif, dan menciptakan pertumbuhan yang kolaboratif.
Forum B20 khususnya Digitalization Task Force yang terdiri dari co-chairs dan members B20 dan bekerjasama dengan knowledge partner telah merumuskan Policy Recommendations dari berbagai perspektif untuk dapat menjembatani kesenjangan digital.
Baca juga: Telkom Melalui Pijar Mahir Dukung Fordigi Kembangkan Kualitas Talenta Digital BUMN
Sebagai informasi, menurut data dari Bank Dunia, para tahun 2023 ada setidaknya satu miliar orang yang baru terhubung dengan internet secara global, itu artinya pengguna internet global mencapai 66%. Selain itu 15 tahun terakhir, ekonomi digital telah tumbuh 2,5 kali lebih cepat dari PDB Global.
Dengan pertumbuhan yang semakin masif, tentu percepatan akselerasi ekonimo digital semakin cepat, sehingga peluang digital menjadi lebih luas lagi untuk dapat dieksplorasi.
Sedangkan menurut data Microsoft Manufacturing Report (2019), infrastruktur digital diproyeksi adanya senilai $19,5 triliun potential value unlocked, ini diperoleh dari pengembangan big data, AI, dan IoT di seluruh dunia.
Tak hanya soal ekonomi saja, digitalisasi juga bisa berdampak positif pada lingkungan, berdasarkan World Economic Forum, digitalisasi bisa berpontensi dapat mengurangi emisi karbon sebesar 15% sehingga akan memberikan nilai positif untuk lingkungan yang berkelanjutan dan juga masyarakat.
Tapi, digital masih merupakan masalah yang nyata dan semakin berkembang. Ekosistem ekonomi digital yang inklusif belum dapat dirasakan dengan setara oleh masyarakat.
Oleh karena itu, B20 Digitalization Task Force merumuskan empat poin policy recommendations yang relevan, tepat sasaran, dan dapat ditindaklanjuti, yaitu;
Pertama pemerataan konektivitas secara universal, ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan digital dengan mengatasi hambatan akses untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital dan layanan pemerintah.
Kedua adalah membangun pondasi bagi ekonomi digital yang berkelanjutan dan tangguh.
“Saat ini, ekonomi digital setara dengan 15,5% dari PDB global. Diperkirakan 70% dari nilai yang diciptakan dalam perekonomian pada dekade berikutnya akan bergantung pada infrastruktur digital yang mendukung bisnis berbasis digital. Sangat penting untuk mempercepat pengembangan dan adopsi infrastruktur digital untuk membuka pertumbuhan dan membantu dalam membangun ketahanan di seluruh negara,” pungkas Ririek dalam paparannya.
policy recommendations selanjutnya adalah menanamkan pola pikir dan literasi digital bagi setiap individu maupun pelaku UMKM sehingga dapat beradaptasi dengan baik mengikuti arus perkembangan ekonomi digital.
Dan terakhir adalah memperkuat keamanan siber untuk memberikan perlindungan terbaik bagi pengalaman pengguna.
Telkom sebagai tulang punggung digitalisasi Indonesia melalui penguatan kapabilitas 3 pilar bisnisnya, yakni infrastruktur digital, platform digital, serta layanan digital akan melakukan beragam upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Sangat menarik untuk melihat bagaimana digitalisasi mendorong ekonomi ke depan. B20 Summit Indonesia 2022 memberi kita kesempatan untuk merefleksikan tanggung jawab kita. Digitalisasi membuka peluang baru bagi banyak orang. Dengan digitalisasi, Saya yakin akan ada hari esok yang lebih baik,” tutup Ririek.
Slamet adalah seorang blogger yang bersemangat tentang segala hal yang berkaitan dengan Android, mulai dari aplikasi dan game terbaru hingga perkembangan kendaraan listrik seperti sepeda motor listrik.