Perseverance menghantam atmosfer Mars dengan kecepatan hapir 12.000 mil per jam dan hanya tujuh menit kemudian NASA mendaratkan penjelajah Mars terbarunya dengan selamat. Didalam Perseverance terdapat pendamping mungilnya yakni sebuah helikopter drone yang dinamakan Ingenuity. Menariknya, Ingenuity bekerja dengan perangkat keras komersial serta Linux dan perangkat lunak yang bersifat open-source.
Jika semua berjalan lancar, Ingenuity akan menjadi kendaraan pertama yang terbang di Mars. Pada 11 menit cahaya dari Bumi Ingenuity akan terbang sendiri menggunakan kombinasi Linux dan prodram buatan NASA berdasarkan kerangka kerja open source Jet Propulsion Laboratory (JPL).
Sebelumnya tidak ada yang pernah mencoba terbang di Mars yang memiliki atmosfer hanya seperseratus kepadatan udara di Bumi. Dan Ingenuity hanyalah merupakan demonstrasi teknologi, tidak dirancang untuk mendukung Perseverance yang ditugaskan mencari tanda – tanda kehidupan kuno dengan mengumpulkan sampel batu serta tanah.
Ingenuity memiliki misi untuk menunjukan kemungkinan untuk terbang di Mars menggunakan perangkat keras komersial off-the-shelf (COTS) dan perangkat lunak open source. Dalam sebuah wawancara Embedded Flight Software Engineer JPL, Timothy Canham menjelaskan papan prosesor helikopter ini didukung oleh Qualcomm Snapdragon 801 yang berjalan pada 500 Hz.
Meski terdengar sangat lamban, prosesor tersebut jauh lebih cepat daripada prosesor yang disematkan pada Perseverance. Hal tersebut dikarenakan CPU dan chipset harus memenuhi standar radiasi High-Performance Spaceflight Computing (HPSC) NASA.Prosesor yang disesuaikan ini membutuhkan waktu bertahun – tahun dalam pengerjaan dan pengujian desain sebelum disertifikasi untuk penerbangan luar angkasa. Sebagai contoh, prosesor serba guna terbaru NASA adalah varian ARM A53 yang mungkin lebih dikenal sebagai chipset Raspberry Pi 3.
“Kami benar- benar memesan suku cadang dari SparkFun. Ini adalah perangkat keras komersial, namun kami akan mengujinya, dan jika ini berfungsi dengan baik, kami akan menggunakannya,” tutur Canham.
“Ini pertama kalinya kami akan menerbangkan Linux di Mars. Kami sebenarnya menjalankan sistem operasi Linux. Kerangka kerja perangkat lunak yang kami gunakan adalah yang kami kembangkan di JPL; untuk CubeSat. Jadi, Anda bisa mendapatkan kerangka perangkat lunak yang menerbangkan helikopter di Mars, dan menggunakannya pada proyek milik Anda sendiri,” lanjutnya.
Perangkat lunak open sourece tersebut adalah F’. Ini adalah kerangka kerja berbasiskan komponen yang memungkinkan pengembangan dan penyebaran yang cepat dari penerbangan luar angkasa dan aplikasi perangkat lunak tertanam lainnya. F’ telah berhasil diterapkan pada beberapa aplikasi ruang berkali – kali sebelumnya.
NASA telah lama menggunakan Linux di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Jalan Linux menuju superkomputer dimulai dengan Goddard Space Flight Center (GSFC) NASA dengan superkomputer Boewulf yang pertama.
Seperti Ingenuity, cluster Boewulf pertama dibangun dengan peralatan COST. Boewulf menggunakan 16 prosesor intel 486 DX dan 10 Mbps Ethernet sebagai bus hanya dengan beberapa ribu dollar. Meskipun hanya memiliki kecepatan rendah, Boewulf menunjukan bahwa Anda dapat membuat superkomputer dengan anggaran yang minim.
Baca juga: Penjelajah Perseverance Mendarat Dengan Mulus di Mars
Ingenuity menunjukan bahwa hal – hal hebat masih bisa datang dari perangkat keras yang relatif murah yang dipadukan dengan Linux dan perangkat lunak yang bersifat open-source.
“Ini semacam kemenangan open source karena kami menerbangkan sistem operasi open source dengan kerangka kerja perangkat lunak open source dipadukan dengan suku cadang komersial yang dapat Anda beli dari mana saja jika Anda ingin melakukannya sendiri suatu hari nanti,” pungkas Canham. (via)